about me

haay, perkenalkan saya fitria nur laila, bisa dipanggil fitria, umur saya 17 tahun “sweet seventeen” hehe, saya tinggal bersama kedua orang tua saya di krendowahono, gondangrejo, karanganyar. Status saya sekarang adalah sebagai mahasiswi di STIKES Kusuma Husada Surakarta prodi D3 Keperawatan. Saya alumni MAN 1 Surakarta. Maybe ada yang ingin lebih tau saya silahkan datang ke kelas saya di kelas 1b d3 keperawatan stikes kusuma husada surakarta, kampus 1 lantai 2…hahahahahaha

email : pipit_riatif08@yahoo.co.id

pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K)

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk, cacat tubuh bahkan kematian.
Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau pengobatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas. Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban. Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemungkinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu menguasai setiap keadaan.
a. Prinsip Dasar
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut diantaranya:
  1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
  2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien. Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
  3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.
b. Sistematika Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :
1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungan lainnya adalah penolong dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
  1. Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.
5. Perhatikan tanda-tanda shock.
Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm keadaan setengah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai saluran pernafasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.
IV. KASUS-KASUS KECELAKAAN ATAU GANGGUAN DALAM KEGIATAN ALAM TERBUKA
Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:
a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala
  • Perasaan limbung
  • Pandangan berkunang-kunang
  • Telinga berdenging
  • Nafas tidak teratur
  • Muka pucat
  • Biji mata melebar
  • Lemas
  • Keringat dingin
  • Menguap berlebihan
  • Tak respon (beberapa menit)
  • Denyut nadi lambat
Penanganan
  1. Baringkan korban dalam posisi terlentang
  2. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
  3. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat pernafasan
  4. Beri udara segar
  5. Periksa kemungkinan cedera lain
  6. Selimuti korban
  7. Korban diistirahatkan beberapa saat
  8. Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >> Rujuk ke instansi kesehatan
b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu berlebihan.
Gejala dan tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan
  • Defisit cairan 5% dari berat badan
  • Penderita merasa haus
  • Denyut nadi lebih dari 90x/menit
Dehidrasi sedang
  • Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
  • Nadi lebih dari 90x/menit
  • Nadi lemah
  • Sangat haus
Dehidrasi berat
  • Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
  • Hipotensi
  • Mata cekung
  • Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
  • Kejang-kejang
Penanganan
    1. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
    2. mengganti elektrolit yang lemah
    3. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
    4. Memberantas penyebabnya
    5. Rutinlah minum jangan tunggu haus
c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
  • Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
  • Terdengar suara nafas tambahan
  • Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
  • Irama nafas tidak teratur
  • Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
  • Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
  3. Posisikan ½ duduk
  4. Atur nafas
  5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll.
Gejala
  • Kepala terasa nyeri/berdenyut
  • Kehilangan keseimbangan tubuh
  • Lemas
Penanganan
  1. Istirahatkan korban
  2. Beri minuman hangat
  3. beri obat bila perlu
  4. Tangani sesuai penyebab
e. Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
  • Perut terasa nyeri/mual
  • Berkeringat dingin
  • Lemas
Penanganan
  1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
  2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
  3. Jangan beri makan terlalu cepat
f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
  • Nyeri di dada
  • Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
  • Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
  • Denyut nadi tak teraba/lemah
  • Gangguan nafas
  • Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
  • Kepala terasa ringan
  • Lemas
  • Kulit berubah pucat/kebiruan
  • Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Istirahatkan
  3. Posisi ½ duduk
  4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
  5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
  6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
  7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
f. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
  • Seolah-olah hilang kesadaran
  • Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
  • Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
  1. Tenangkan korban
  2. Pisahkan dari keramaian
  3. Letakkan di tempat yang tenang
  4. Awasi
g. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
  • Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
  • Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
  • Kadang disertai pusing
Penanganan
  1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
  2. Tenangkan korban
  3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
  4. Diminta bernafas lewat mulut
  5. Bersihkan hidung luar dari darah
  6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
h. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
  • Nyeri pada otot
  • Kadang disertai bengkak
Penanganan
  1. Istirahatkan
  2. Posisi nyaman
  3. Relaksasi
  4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
i. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
  • Warna kebiruan/merah pada kulit
  • Nyeri jika di tekan
  • Kadang disertai bengkak
Penanganan
  1. Kompres dingin
  2. Balut tekan
  3. Tinggikan bagian luka
J. Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
  • Bengkak
  • Nyeri bila tekan
  • Kebiruan/merah pada derah luka
  • Sendi terkunci
  • Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
  1. Korban diposisikan nyaman
  2. Kompres es/dingin
  3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
  4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
k. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan/injury.
Gejala
  • Terbukanya kulit
  • Pendarahan
  • Rasa nyeri
Penanganan
  1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
  2. Tutup luka dengan kasa steril/plester
  3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
  4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
  1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
    • Keluarkan tanpa menyinggung luka
    • Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
    • Evakuasi korban ke pusat kesehatan
  2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.

Baca lebih lanjut

KONSEP-KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

I. Defenisi
Keparawatan gawat darurat adalah pelayanan profesioanal keperawatan yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Yang kemudian filosopi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai hedaruratan
II. Sistem Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat tidak hanya memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga memberikan asukan keperawatan untuk mengatasi kecemasan pasien dan keluarga.
Sistem pelayana bersifat darurat sehingga perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu pengetahuan yang tinggi dalam memberikan pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
III. Triage Dalam Keperawatan Gawat Darurat
Yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat derurat di gunakan untuk mengklasifikasian keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi:
– Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
– Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
– Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
– Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
– Keterampilan pengkajian yang tepat, dll
IV. Sistem Triase
• Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sisten ini memungkinkan identifikasi segera.
• Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA (Emergenci Nurse Association) meliputi:
• A (Airway)
• B (Breathing)
• C (Circulation)
• D (Dissability of Neurity)
• E ( Ekspose)
• F (Full-set of Vital sign)
• Pulse Oximetry
• Trise two-tier
Sistenm ini memetluhan orang kedua yang bertindak sebagai penolong kedua yang bertugas mensortirpasien untuk di lakukan pengkajian lebih rinci.
• Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup protokol penanganan:
1. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
2. Pemeriksaan diagnostik
3. Pemberian obat
4. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
• Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.
V. KATEGORI/ KLASIFIKASI TRIAS
61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen), hijau (non Urgen), hitam (Expectant)
VI. Merah (Emergent)
Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera. Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
– Syok oleh berbagai kausa
– Gangguan pernapasan
– Trauma kepala dengan pupil anisokor
– Perdarahan eksternal masif

VII. Kuning (Urgent)

Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital klien ini masih stabil.

Contoh

  • Fraktur multiple
  • Fraktur femur/pelvis
  • Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma, obdomen berat)
  • Luka bakar luas
  • Gangguan kesadaran/trauma kepala
  • Korban dengan status yang tidak jelas.

Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.

VIII. Hijau (Non urgent)

Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat di tunda. Penyakit atau cidera minor

Contoh

– Fektur minor

– Luka minor

– Luka bakar minor

  1. Hitam (Expectant)

Korban yang meninggal bunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia

– 6% memakai sistem empat kelas yaitu

  1. Kelas1: kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera)
  2. Kelas ii: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin)
  3. Kelas iii: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
  4. Kelas iv: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)

– 10% digunakan sistem 5 tingkat yaitu

Tingkat contoh

1 Kritis Segera Henti jantung

2 Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor

3 Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen

4 Stabil 1-2 jam Sinusitis

5 Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan

  1. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

Penghajian (PQRST)

– Provokes (pemicu)

– Quality (kualitas)

– Radiation (penyebaran)

– Severity (intensitas)

– Time (waktu)

– Treatment (penanganan)

Ditambah dengan riwayat alergi, obat-obatan terahir, imunisasi, haid terahir,setekah itu baru diklasifikasikan.

Tipsord-Klinkhammer dan Adreoni menganjurkan OLD CART

– Onset of system (awitan gejala)

– Location of Problem (lokasi masalah)

– Duration of Symptoms (karakteristik gejala yang di rasakan)

– Aggraviting Factor (faktor yang memperberat)

– Relieving Factors (faktor yang meringankan)

– Treatment ( penanganan sebekumnya)

  1. Pertimbangan Pengambilan Keputusan Triase

Menurut standart ENA (1999)

– Kebutuhan fisik

– Tumbuh kembang

– Psikososial

– Akses klien dalam institusi pelayanan kes

– Alur pasien dalam kedaruratan

XII. Alur Pasien UGD

– Pastikan keluhan klien (cocokkan apa yang perawat lihat)

– Kaji segera yang penting (HR,jika ada luka dep dengan segera)

– Kaji berdasarkan ABCD

– Kaji awitan yang baru timbul

– Pantau: setiap gejala cendrung berulang atau intensitas meningkat

– Setiap gejala yang di sertai pebahan pasti lainnya

– Kemunduran secara progresif

– Usia

– Awitan

– Misteri

– Kaharusak pasien berbaring

– Kontrol yang ketat

XIII. Diagnosa

Diagnosa keperawatan gawat darurat adalah masakah potensial dan aktual. Tetapi perawat tetap harus mengkaji pasien secara berkala karena kondisi pasien dapat berubah terus-menerus. Diagnosa keperawatan bisa berubah atau bertambah setiap waktu.

XIV. Intervensi/ Implementasi

Intervensi yang di lakukan sesuai dengan pengkajian dan di agnosa yang sesuai dengan keadaan pasien dan harus di laksanakan berdasarkan skal prioritas. Prioritas di tegakkan sesuai dengan tujuan umum dari penata laksanaan kedaruratan yaitu untuk mempertahankan hidup, mencegah keadaan yang memburuk sebelum penanganan yang pasti. Prioritas di tentukan oleh ancaman terhadap kehidupan pasien. Kondisi yang mengganggu fungsi fisiologis vitallebih di utamakan dari pada kondisi luar pasien. Luka di wajah, leher dan dada yang mengganggupertnapasan biasanya merupakan prioritas tinggi.

  1. Prinsip Penatalaksanaan Keperawartan Gawat Darurat
  • Memelihara jalan nafas dan menyediakan ventilasi yang adekuat, melakukan resusitasi pada saat dibutuhkan. Kaji cedera dan obstruksi jalan nafas.
  • Kontrol pendarahan dan konsekuensinya.
  • Evaluasi dan pemulihan curah jantung
  • Mencegah dan menangani syok, memelihara sirkulasi
  • Mendapatkan pemeriksaan fisik secara terus menerus, keadaan cedera atau penyakit yang serius dari pasien tidak statis
  • Menentukan apakah pasien dapat mengikuti perintah, evaluasi, ukuran dan aktivitas pupil dan respon motoriknya.
  • Mulai pantau EKG, jika diperlukan
  • Lakukan penatalaksanaan jika ada dugaan fraktur cervikal dengan cedera kepala
  • Melindungi luka dengan balutan steril
  • Periksa apakah pasien menggunakan kewaspadaan medik atau identitas mengenai alergi dan masalah kesehatan lain.
  • Mulai mengisi alur tanda vital, TD dan status neurologik untuk mendapatkan petunjuk dalam mengambil keputusan,

XVI. Evaluasi

Setelah mendapat pertolongan adekuat, vital signdievaluasi secara berkala, setelah itu konsulkan dengan dokteratau bagian diagnostik untuk prosedur berikutnya, jika kondisi mulai stabil pindahkan keruangan yang sesuai.

sumber :http://medic-harianja.blogspot.com/2012/11/konsep-konsep-dasar-keperawatan-gawat.html

stroke

Ada dua faktor yang merupakan penyebab stroke yaitu resiko medis dan resiko perilaku

1. Faktor risiko medis
Faktor resiko medis yang menyebabkan atau memperparah stroke antara lain hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), kolesterol, arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke dalam keluarga (faktor keturnan) dan migren (sakit kepelah sebelah). Menurut data statistik 80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis.

2. Faktor risiko perilaku
Faktor resiko perilaku disebakan oleh gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok, menkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol gemar mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food dan junk food). Faktor resiko perilaku lainnya adalah kurangnya aktifitas gerak / olah raga dan obesitas. Salah satu pemicunya juga adalah susasana hati yang tidak nyaman seperti sering marah tanpa alasan yang jelas.

Gejala Serangan Stroke
Pada tingkat awal, masyarakat, keluarga dan setiap orang harus memperoleh informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa stroke adalah serangan otak yang secara sederhana mempunyai lima tanda-tanda utama yang harus dimengerti dan sangat difahami. Hal ini penting agar semua orang mempunyai kewaspadaan yang tinggi terhadap bahaya serangan stroke.

Tanda-tanda utama serangan stroke :

  • Rasa bebal atau mati mendadak atau kehilangan rasa dan lemas pada muka, tangan atau kaki, terutama pada satu bagian tubuh saja
  • Rasa bingung yang mendadak, sulit bicara atau sulit mengerti
  • Satu mata atau kedua matamendadak kabur
  • Mendadak sukar berjalan, terhuyung dan kehilangan keseimbangan
  • Mendadak merasa pusing dan sakit kepala tanpa diketahui sebab musababnya

Selain itu harus dijelaskan pula kemungkinan munculnya tanda-tanda ikutan lain yang bisa timbul dan atau harus diwaspadai, yaitu;

  • Rasa mual, panas dan sangat sering muntah-muntah
  • Rasa pingsan mendadak, atau merasa hilang kesadaran secara mendadak

 

Cara Mencegah Penyakit Stroke
Adapun, untuk menghindari stroke seseorang bisa melakukan tindakan pencegahan termasuk membiasakan diri menjalani gaya hidup sehat. Berikut adalah 10 langkah yang dapat Anda lakukan guna menghindarkan diri dari serangan stroke.
Baca lebih lanjut

Keperawatan Maternitas

Pengertian Konsep Dasar Keperawatan Maternitas

Keperawatan maternitas merupakan salah satu bentuk pelayanan profesional keperawatan yang ditujukan kepada wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya, berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam beradaptasi secara fisik dan psikososial untuk mencapai kesejahteraan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Setiap individu mempunyai hak untuk lahir sehat maka setiap individu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan ibu menyakini bahwa peristiwa kelahiran merupakan proses fisik dan psikis yang normal serta membutuhkan adaptasi fisik dan psikososial dari idividu dan keluarga. Keluarga perlu didukung untuk memandang kehamilannya sebagai pengalaman yang positif dan menyenangkan. Upaya mempertahankan kesehatan ibu dan bayinya sangat membutuhkan partisipasi aktif dari keluarganya.

Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, dapat mengakibatkan krisis situasi selama anggota keluarga tidak merupakan satu keluarga yang utuh. Proses kelahiran merupakan permulaan bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting. Pelayanan keperawatan ibu akan mendorong interaksi positif dari orang tua, bayi dan angggota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.. Sikap, nilai dan perilaku setiap individu dipengaruhi oleh budaya dan social ekonomi dari calon ibu sehingga ibu serta individu yang dilahirkan akan dipengaruhi oleh budaya yang diwarisi.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan advokasi dan mendidik WUS dan melakukan tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah kehamilanpersalinan dan nifas, membantu dan mendeteksi penyimpangan-penyimpangan secara dini dari keadaan normal selama kehamilan sampai persalinan dan masa diantara dua kehamilan, memberikan konsultasi tentang perawatan kehamilan, pengaturan kehamilan, membantu dalam proses persalinan dan menolong persalinan normal, merawat wanita masa nifas dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari menuju kemandirian, merujuk kepada tim kesehatan lain untuk kondisi­kondisi yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Perawat mengadakan interaksi dengan klien untuk mengkaji masalah kesehatan dan sumber-sumber yang ada pada klien, keluarga dan masyarakat; merencanakan dan melaksanakan tindakan untuk mengatasi masalah-maslah klien, keluarga dan masyarakat; serta memberikan dukungan pada potensi yang dimiliki klien dengan tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan penerapan asuhan keperawatan memerlukan kerjasama tim yang terdiri dari pasien, keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat.

  • Paradigma Keperawatan Maternitas

Paradigma keperawatan pada keperawatan maternitas meliputi manusia, lingkungan, sehat dan keperawatan.

  1. Manusia

Terdiri dari wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya adalah anggota keluarga yang unik dan utuh, merupakan mahluk bio-psiko­sosial dan spiritual yang memiliki sifat berbeda secara individual dan dipengaruhi oleh usia dan tumbuh kembangnya. Salah satu tugas perkembangan wanita adalah pengalaman melahirkan danak yang dapat merupakan krisis situasi dalam keluarga tersebut apabila tidak mampu beradaptasi dengan baik.

  1. Lingkungan

Sikap, nilai dan prerilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya dan social disamping pengaruh fisik Proses kehamilan danpersalinan serta nifas akan melibatkan semua anggota keluarga dan masyarakat. Proses kelahiran merupakan permulaan suatu bentuk hubungan baru dalam keluarga yang sangat penting, sehingga pelayanan maternitas akan mendorong interaksi yang positif dari orang tua, bayi dan angota keluarga lainnya dengan menggunakan sumber-sumber dalam keluarga.

  1. Sehat

Sehat adalah suatu keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar, bersifat dinamis dimana perubahan-perubahan fisik dan psikososial mempengaruhi kesehatan seseorang.setiap indivisu memeiliki hak untuk lahir sehat sehingga WUS dan ibu memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

  1. Keperawatan Ibu

Keperawatan ibu merupakan pelayanan keperawatan professional yang ditujukan kepada wanita usia subur wanita pada masa usia subur (WUS) berkaitan dengan system reproduksi, kehamilan, melahirkan, nifas, antara dua kehamilan dan bayi baru lahir sampai umur 40 hari, beserta keluarganya yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keperawatan ibu memberikan asuhan keperawatan holistik dengan selalu menghargai klien dan keluarganya serta menyadari bahwa klien dan keluarganya berhak menentukan perawatan yang sesuai untuk dirinya.

  • Standar Etik Dan Aspek Legal Dalam Keperawatan Maternitas
  1. Pengertian

Etika Etos (Yunani)

Berhubungan dengan pertimbangan pembuatan keputusan benar tidaknya suatu perbuatan. Merupakan model perilaku dan standar yang diharapkan. Hal yang berhubungan dengan pertimbangan perawatan yang mengarah ke pertanggungjawaban moral yang mendasar asuhan keperawatan.

  1. Penerapan Etika Dalam Keperawatan Maternitas
    1. Terhadap Individu
  • Wajib menghormati kepercayaan individu.
  • Menghormati nilai, adat, kebiasaan individu.
  • Memegang teguh kerahasiaan informasi individu.
    1. Terhadap Praktik Keperawatan
  • Bertanggung jawab melaksanakan tugas.
  • Wajib memelihara standar keperawatan.
  • Mempertimbangkan kemampuan individu dalam melimpahkan tanggung jawab.
    1. Terhadap Profesi
  • Membantu perkembangan profesi.
  • Berperan serta dalam memperbaiki standar keperawatan.
  • Meciptakan dan membina kondisi kerja yang adil ditinjau dari segi sosial dan ekonomi.
    1. Terhadap Profesi Lain
  • Mampu bekerjasam dengan membina hubungan baik masyarakat, bangsa dan negara.
  1. Masalah Etika Dalam Keperawatan Maternitas
    1. Masalah Etika Ringan
      • Membicarakan rahasia klien
      • Membentak klien yang gelisah
      • Membantu klien partus tanpa tabir
    2. Masalah Etik Kompleks
      • Abortus
      • Amniosintesis
    3. Kiat Keperawatan

Kemampuan perawat memberikan asuhan keperawatan secara konprhensif dengan cara / pendekatan tertentu dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada klien :

  1. Menyusi yang peduli
  2. Menyusui berbagi
  3. Menyusui Tertawa
  4. Menyusui Cryng
  5. Menyusui adalah menyentuh
  6. Menyusui membantu
    • Keperawatan adalah beliefing pada orang lain
    • Keperawatan adalah diri belieping
    • Keperawatan adalah percaya
    • Keperawatan adalah belajar
    • Keperawatan adalah menghormati
    • Keperawatan mendengarkan
    • Keperawatan lakukan
    • Keperawatan adalah perasaan
    • Keperawatan adalah menerima
  7. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Maternitas
    • Memberikan pelayanan tenaga terlatih
    • Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat
    • Meningkatkan penerimaan gerakan KB
    • Memberikan pendidikan dukun beranak
    • Meningkatkan system
  8. Peranan Perawat Dalam Keperawatan Maternitas

Suatu perilaku yang diharapkan, yang dikaitkan dengan standar, merefleksikan tujuan dan nilai yang dilaksanakan pada situasi tertentu.

  1. Peran Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Maternitas

Peranan atau tingkah laku perawatan yang diharapkan dan dinilai oleh masyarakat dalm memberikan pelayanan ibu dan bayi baru lahir:

  • Sebagai pelaksana keperawatan (caregiver)
  • Sebagai pendidik (teacher)
  • Sebagai communicator
  • Sebagai penasehat (counselor)
  • Sebagai researcher
  • Sebagai pembela (advocate)
  • Sebagai manajer
  1. Lingkup Peran Maternitas
    • Membantu klien memperoleh kembali kesehatannnya
    • Membantu yang sehat memelihara kesehatannya
    • Membantu yang tidak bias disembuhkan untuk mencegah masalah lebih lanjut
  2. Kegiatan Dalam Keperawatan Maternitas
    • Promotif
    • Preventif
    • Kuratif
    • Rehabilitatif
  3. Pelayanan Keperawatan Maternitas Terlambat
    • Identifikasi risiko tinggi dan komplikasi obstetri (provider)
    • Pengambilan keputusan (pasien/klien dan keluarga)
    • Dating ke pusat rujukan (geografi, transportasi)
    • Penanganan di tempat rujukan (rumah sakit)
  4. Falsafah Keperawatan Maternitas
    1. Keperawatan maternitas dipusatkan pada:
      1. Keluarga dan masyarakat askep yang holistic
      2. Menghargai klien dan keluargai
      3. Klien, keluarga, masyarakat berhak keperawatan yang sesuai
    2. Setiap individu berhak lahir sehat-optimal
      1. Wanita hamil dan bayi yang di kandungnya
      2. Wanita pasca persalinan beserta bayinya
    3. Pengalaman: kehamilan, persalinan, gangguan kesehatan merupakan tugas perkembangan keluarga dan dapat menjadi krisis situasi.
    4. Yakin bahwa kehamilan dan persalinan adalah peristiwa yang normal, alamiah, partisipasi aktif keluarga dibutuhkan untuk kepentingan kesehatan ibu dan bayi.
    5. Awal kehamilan awal bentuk interaksi keluarga.
    6. Sikap, nilai, dan perilaku sehat setiap individu dipengaruhi latar belakang, agama dan kepercayaan
    7. Keperwawatan maternitas berfungsi sebagai advocat/ pembela untuk melindungi hak klien
    8. Mempromosikan kesehatan merupakan tugas penting bagi keperawatan maternitas generasi penerus
    9. Keperawatan maternitas memberi tantangan bagi peran perawat dan merupakan masyarakat.
    10. yakin bahwa penelitian keperawatan dapat menambah pengetahuan dalam menigkatkan mutu pelayanan maternitas.

sumber :http://dediiikurniawan14.blogspot.com/2012/09/konsep-dasar-keperawatan-maternitas.html

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke Twitter

Vertigo

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seorang yang menderita vertigo perasaannya seolah-olah dunia sekeliling berputar (vertigo objektif) atau penderita sendiri merasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). Bagi masyarakat awam vertigo disebut juga sebagai tujuh keliling.

Perasaan pusing ini selain disertai rasa berputar kadang-kadang disertai mual dan muntah. Bila gangguan ini berat, penderita bahkan tak mampu berdiri atau bahkan terjatuh. Hal ini biasanya disebabkan oleh gangguan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali.

Menurut dr Hendra Pranata, SpS dari Nusantara Medical Center, pada dasarnya keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan.

Gangguan pada otak kecil yang mengakibatkan vertigo jarang sekali ditemukan. Namun, pasokan oksigen ke otak yang kurang dapat pula menjadi penyebab. Beberapa jenis obat, seperti kina, streptomisin, dan salisilat, diketahui dapat menimbulkan radang kronis telinga dalam. Keadaan ini juga dapat menimbulkan vertigo.

Gangguan ini diatasi dengan menangani penyebabnya. Biasanya pemberian vitamin B12, B1, antihistamin, diuretika, dan pembatasan konsumsi garam dapat mengurangi keluhan.

Ada beberapa jenis vertigo berdasarkan penyebabnya. Vertigo epileptica yaitu pusing yang mengiringi atau terjadi sesudah serangan ayan, vertigo laryngea yaitu pusing karena serangan batuk, vertigo nocturna yaitu rasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan tidur, vertigo ocularis yaitu pusing karena penyakit mata khususnya karena kelumpuhan atau ketidakseimbangan kegiatan otot-otot bola mata, vertigo rotatoria yaitu pusing seolah-olah semua di sekitar badan berputar-putar.

Benign Paroxysmal Positional Vertigo merupakan penyakit yang sering ditemukan, di mana vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling di atas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya vertigo ini.

Penyakit ini tampaknya disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. Vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging.

Penyebab vertigo

Keadaan lingkungan, motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) obat-obatan, alkohol, gentamisin, kelainan sirkulasi Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

Terkadang vertigo juga merupakan salah satu gejala awal terjadinya stroke ringan, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi (hipertensi). Biasanya vertigo yang diakibatkan oleh kurangnya oksigen ke otak ini akan disertai dengan mual dan muntah-muntah.

Untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih berat akibat serangan stroke yang diawali dengan serangan vertigo, pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang.

Jika diduga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.

Langkah-langkah BHD (Bantuan Hidup Dasar)

Jika pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yang dinamakan dengan istilah BANTUAN HIDUP DASAR (BHD).

INDIKASI BHD  :

  1. Henti Napas : Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban /  pasien
  2. Henti Jantung : Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadi henti jantung.

Resusitasi Jantung Paru

Langkah-langkah BHD :

A.  Prosedur Dasar CPR
1.    Pastikan keamanan penolong dan pasien
2.    Nilai Respon klien

  • Segera setelah aman
  • Memeriksa korban dengan cara menepuk bahu “Are you all right ?”
  • Hati-hati kemungkinan trauma leher
  • Jangan pindahkan / mobilisasi pasien bila tidak perlu

3.    Segera Berteriak Minta Pertolongan
4.    Memperbaiki Posisi  Pasien

  • Posisi  Supine
  • Bila pasien tidak memberikan respon : tempatkan pd permukaan datar dan keras
  • Bila curiga cedera spinal; pindahkan pasien dengan cara: kepala, bahu dan badan  bergerak     bersamaan (log roll / in-line)

5.    MEMPERBAIKI POSISI PENOLONG              Posisi penolong : di samping pasien /     di atas kepala (kranial) pasien

B.  Survei Primer
1.    AIRWAY (JALAN NAFAS)
a.    Pemeriksaan jalan nafas
Jangan lakukan head tilt sebelum pastikan tidak ada sumbatan jalan nafas.
b.    Membuka Jalan Nafas :
Head tild – Chin lif atau Jaw thrust

2.    BREATHING
Terdiri dari 2 tahap :
–    Memastikan pasien tidak bernafas :
–    Melihat (look), mendengar (listen), merasakan (feel) à <10 detik

APNEU, NAFAS ABNORMAL, NAFAS TIDAK ADEKUAT 
1.    Memberikan Bantuan Napas
2.    Hembusan nafas : 2x hembusan nafas
3.    Waktu/hembusan : 1,5-2 detik
4.    Volume : 700-1000 ml (10 ml/kg BB) atau sampai terlihat dada pasien mengembang                            Konsentrasi hanya 16-17%.
Bila volume berlebihan dan laju inspirasi terlalu cepat → distensi lambung
–    Mulut ke mulut
–    Mulut ke mask

     EVALUASI :

  • Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa apakah masih  ada sumbatan di mulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang adekuat.
  •  Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi .
  • Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali, jika terjadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan kembali.

3.     CIRCULATION
Pastikan tidak ada denyut jantung pada arteri karotis atau brakhialis (anak) Memastikan ada  tidaknya denyut jantung < 10 detik

  •  Lakukan Compresi 30 kali
  •  Pada 1/2 bawah mid sternum, diantara 2 putting susu dengan posisi tangan menggunakan

metode  “rib margin”

  •   Kedalaman kompresi jantung minimal 2 inci (5 cm)
  •   Kompresi Jantung Luar 30 kali ( satu atau 2 penolong) membutuhkan waktu 18 detik

Kecepatan kompresi min. 100x/mnt

RJP Sebelum & Sesudah Intubasi

Sebelum intubasi
–    Dewasa (>8 th) = Rasio 30 : 2 (utk 1 & 2 penolong)
–    Khusus  :Anak (1-8 th)  dan Bayi (<1 th )
30 : 2 (1 penolong)
15 : 2 (2 penolong)

Setelah intubasi
–    Kompresi 100 x/mnt
–    Ventilasi 8 – 10 x/mnt
–    5 x siklus 30 :2 (= 2 mnt) à nilai ulang sirkulasi

4.       EVALUASI CIRCULATION, AIRWAY & BREATHING

  • Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudin pasien dievaluasi kembali.
  • Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan rasio 30:2.
  • Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap.
  • Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10 x/menit dan monitor nadi setiap 2 menit.
  • Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar jalan nafas tetap terbuka.

Penting  :
Setiap evaluasi dimulai dari sirkulasi :

    Sirkulasi ( – )           :    teruskan Kompresi + Ventilasi (5 siklus)
    Sirk (+) Nafas (-)    :    nafas buatan 10 x/menit
    Sirk (+) Nafas (+)    :    posisi sisi mantap, jaga jalan nafas

sumber :http://gadarku.blogspot.com/2013/04/tekhnik-bhd-bantuan-hidup-dasar.html